No Result
View All Result
  • Login
www.masturah.com
  • Home
  • Tokoh
  • Pilar
  • Keluarga
  • Home
  • Tokoh
  • Pilar
  • Keluarga
No Result
View All Result
www.masturah.com
No Result
View All Result
Home Tokoh Muslimah

Rabi’ah Al-‘Adawiyah, Sang Guru Tokoh -Tokoh Sufi Dunia

by Admin Masturah
4 Maret 2021
0
Rabi’ah Al-‘Adawiyah, Sang Guru Tokoh -Tokoh Sufi Dunia
326
SHARES
2.5k
VIEWS

loading…

Sosok perempuan muslimah ini cukup dikenal sekitar abad ke 8. Ia tercatat, sebagai guru yang melahirkan tokoh-tokoh sufi terkenal di dunia hingga saat ini. Dialah Rabi’ah binti Isma’il Al-‘Adawiyah. Wanita yang dijuluki Syahidatul ‘Isyqil Ilahi (wanita yang syahid oleh kerinduan ilahi) yang lahir dan meninggal di Basrah, Irak. Yang jelas, sufi wanita ini hidup di abad ke-2 Hijriah.

Rab’iah lahir dari keluarga sangat miskin dan mengharuskannya menjadi budak. Kemudian, ia menjadi sufi dan menentang perbudakan. Sebagai penyair dan sufi, ia menulis dan mempopulerkan apa yang dikenal dengan ‘The Doctrine of Divine Love’ atau “Cinta Ilahi”, dan menjadi salah satu penyair sufi terpenting di eranya. Rab’iah sendiri berguru pada ulama dan cendekiawan terkemuka Hasan Al Basri, seorang tabi’in (generasi setelah sahabat Nabi).

Dalam kitab Al-Bayan wa Al-Tabyin diceritakan, bahwa orang pertama yang mendokumentasikan kisahnya adalah Al-Jahizh -yang juga orang Basrah. Barangkali, Al-Jahizh pernah bertemu Rabi’ah. Salah satu kisahnya yang sangat populer yakni tentang penolakan Rabi’ah saat ada yang hendak menanggung nafkah hidupnya karena iba melihat keadaannya. Rabi’ah menjawab “Sungguh aku malu untuk meminta harta dunia pada sang pemiliknya (Allah), bagaimana mungkin aku memintanya manusia yang mana bukan pemiliknya”.

Seperti biografi yang ditulis Dr. Rasyid Salim Al-Jarrah, kehidupan pahit Rabi’ah sudah ia jalani sejak masa kecilnya. Ayahnya meninggal saat ia masih kecil dan ia tak punya apa-apa untuk mencukupi kebutuhannya. Kemudian, Rabi’ah menjadi seorang budak. Ia memiliki majikan yang zalim. Di kemudian hari majikan tersebut menjualnya pada seorang lelaki yang tak kalah zalim.(Baca juga : Belajar Patriotisme dan Hak Asasi Wanita dari Nusaibah binti Ka’ab Al-Ansariyah )

Dikisahkan, suatu malam, majikan barunya ini mendengar suara menggema seisi rumahnya, lalu ia keluar kamar mencari sumber suara, hingga kedua telinganya menuntunnya ke kamar Rabi’ah dan kedua matanya melihat hal yang tak dapat ia cerna dengan akalnya. Ia takjub melihat cara berdoa Rabi’ah yang memancarkan iman yang sangat dalam, ia pun terhenti dan mendengarkan munajat yang dipanjatkan Rabi’ah.

Pada keesokan harinya, sang majikan itu langsung membebaskan Rabi’ah dari status budaknya. “Engkau kini merdeka dan telah bebas, Rabi’ah. Kau boleh tinggal di sini atau pergi ke mana kau suka” katanya. Rabi’ah pun memilih pergi.

Al-Zabidi dalam Syarh Ihya ‘Ulumuddin menceritakan kisah tentang Sufyan Al-Tsauri dan Rabi’ah. Al-Tsauri bertanya perihal hakikat iman Rabi’ah, “Aku tidak menyembah-Nya karena takut neraka dan menginginkan surga seolah aku menjadi buruh tak patuh; jika takut majikan ia akan bekerja, jika dibayar ia baru akan bekerja. Aku menyembah-Nya karena cinta dan rinduku pada-Nya”.

Al-Huraifisy dalam Al-Raudl Al-Raiq menceritakan kisah dari Sa’d bin ‘Utsman tentang perjumpaan Rabi’ah dengan Dzinnun Al-Mishri. Dzinnun menanyainya tentang cinta , awalnya Rabi’ah enggan menjawab, ia mengelak “Subhanallah, engkau sudah mengerti tentang itu, dan engkau berbicara dengan lisan makrifat”. Namun Dzinnun memaksanya “Orang yang bertanya berhak mendapat jawaban”. Lalu Rabi’ah menjawab dengan syairnya yang masyhur “Aku mencintai-Mu dengan dua cinta; cinta karena hasratku dan cinta karena Engkau memang memiliki cintaku”.

Rabi’ah meninggal pada umur 80 tahun. Seperti yang diceritakan Al-Sya’roni dalam Al-Thabaqat, setelah memasuki usia 80 tahun, Rabi’ah terlihat usang dan lapuk, ketika berjalan seolah akan terjatuh. Ia sakit hingga tubuhnya habis, setiap orang menangis melihat keadaannya yang demikian. Ketika ada yang menawarkan untuk memperingan sakitnya, ia menjawab “Jika sakit ini kehendak Tuhanku, bagaimana mungkin akan tolak”.

Tags: Muslimah
Previous Post

Fatima al-Fihri, Penggagas Pertama Terbentuknya Universitas

Next Post

Belajar Patriotisme dan Hak Asasi Wanita dari Nusaibah binti Ka’ab Al-Ansariyah

Admin Masturah

Admin Masturah

Next Post
Belajar Patriotisme dan Hak Asasi Wanita dari Nusaibah binti Ka’ab Al-Ansariyah

Belajar Patriotisme dan Hak Asasi Wanita dari Nusaibah binti Ka’ab Al-Ansariyah

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Login
Notify of
guest

guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
No Result
View All Result

Recent.

sidang isbat 3

Pemerintah Tetapkan Idul Fitri 1446 H Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Maret 2025
Penutupan Posko Pusat Angkutan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025

Menhub Apresiasi Seluruh Pihak yang Sukseskan Mudik Libur Nataru

9 Januari 2025
Kakorlantas Polri Bersama Wamen BUMN Apresiasi Kelancaran Arus Libur Nataru

Kakorlantas Polri Bersama Wamen BUMN Apresiasi Kelancaran Arus Libur Nataru

29 Desember 2024

Kategori Pilihan

  • Anjuran Muslimah (45)
  • DivHumas (55)
  • Filosofi Muslimah (42)
  • Jaga Damai (1)
  • Jaga Negeri (3)
  • NEWS (168)
  • Para Ahli (96)
  • Pendapat Muslimah (10)
  • Pilar (527)
  • Tak Berkategori (46)
  • Tokoh Muslimah (76)
  • Travel (15)
  • Trending No.1 Media Sosial (1)
  • Trending No.1 Media Sosial (3)
© Copyright Masturah Team All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Tokoh
  • Pilar
  • Keluarga

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
wpDiscuz