masturah.com, Selain waktu berbuka, lailatul qadar merupakan salah satu momen yang dinanti kehadirannya. Malam yang terjadi pada malam ganjil di 10 malam terakhir bulan Ramadan ini menjadi malam yang istimewa. Pasalnya, ibadah pada malam itu setara dengan ibadah yang dilakukan selama seribu bulan.
Term lailatul qadar terdiri dari dua kata, lail dan qadr. Dalam KBBI, ‘malam’ berarti waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit. Hal ini sedikit berberda dengan makna yang ditawarkan syariat. Dalam kamus al-Misbah al-Munīr disebutkan bahwa akhir waktu malam menurut ketentuan syariat adalah terbitnya fajar yakni masuknya waktu subuh.
Sementara term ‘qadr’ paling ada 4 makna yang terkanduny olehnya; kemuliaan (QS. al-Zumar: 67), menyempitkan rejeki (QS. al-Fajr: 16), kadar ukuran (QS. al-Zukhrūf: 11), dan mampu (QS. al-Baqarah: 236).
Dalam Mu’jam al-Mushthalahāt wa al-Alfāzh al-Fiqhiyyah jilid 3 disebutkan alasan penamaannya dengan ‘qadr’ dari dua makna yang dikandungnya. Disebut dengan malam kemuliaan karena malam itu memiliki keistimewaan yang menjadikannya mulia. Turunnya Al-Qur’an, turunnya para malaikat, juga turunnya keberkahan, ampunan, dan rahmat Allah. Kemudian ia disebut malam yang disempitkan karena waktunya yang dirahasiakan atau karena berdesakannya para malaikat.
***
Lailatul qadar identik dengan kedamaian, ketenangan, dan keselamatan. Diriwayatkan dari Sahabat ‘Ubādah bin Shāmit, bahwa suasana pada malam itu begitu cerah, terang, seolah-seolah ada bulan, tenang, tentram, tidak dingin dan tidak panas (HR.Ahmad).
Dalam Al-Qur’an, suasana ini tidak jauh dari kata salām yang termaktub dalam QS. al-Qadr: 4. Menurut Imam al-Qurthūbī – dalam al-Jāmi’ li Ahkām Al-Qur’an jilid 20 – term salām ini mengandung tiga makna.
Pertama, berarti malam kebaikan. Menurut Imam al-Dlahāk pada malam-malam yang lain Allah menurunkan kebaikan dan keburukan. Namun, pada malam ini yang turun hanyalah kebaikan saja.
Kedua, pada malam itu setan tidak bisa melakukan perbuatan jahat dan keburukan, sebagaimana ungkap Imam Mujāhid.
Ketiga, doa keselamatan dari para malaikat untuk ahli masjid, yakni orang-orang yang meramaikannya dengan kegiatan positif, sejak terbenamnya matahari hingga munculnya waktu subuh.
Lailatul qadar memiliki hubungan spesial dengan Al-Qur’an. Ia menjadi malam di mana Al-Qur’an diturunkan (QS. al-Qadr: 1). Pada malam itu, sebagaimana tutur Imam Mutawalli al-Sya’rāwī dalam Tafsīr Juz ‘Amma, Al-Qur’an turun dari lauh mahfūz ke langit dunia (bait al-‘izzah) dengan kadar sesuai jumlah yang akan turun pada tahun tersebut.
Sejarah membuktikan bahwa bangsa Arab yang terkenal dengan kefanatikannya terhadap suku mereka dan gemar berperang berhasil menjadi bangsa yang cinta damai berkat sentuhan Al-Qur’an. Wahyu terakhir ini menginspirasi mereka untuk hidup saling menghormati, menghargai, mengayomi, dan menyayangi. Inilah kedamian yang hakiki dalam kehidupan ini.
Kedaiaman berikutnya muncul dari informasi langit yang mengatakan bahwa kebaikan pada malam itu sebanding dengan kebaikan yang dilakukan selama seribu bulan (QS. al-Qadr: 3).
***
Begitulah kira-kira kedamaian yang akan diarasakan oleh mereka yang berhasil mendapatkan malam lailatul qadar. Sekali beramal, nilainya tidak kalah dengan amal perbuatan yang dikerjakan selama 83 tahun. Mengenai seribu bulan ini, dalam Mausū’ah Fiqhiyyah jilid 35, ulama ahli fikih sepakat bahwa bulan Ramadan tidak termasuk di dalamnya.
Kemudian, selain dua hal tersebutmasih ada satu bentuk kedamaian lagi yang bisa diperoleh dari lailatul qadar ini. Yaitu kehadiran para malaikat yang turun dari langit (QS. al-Qadr: 5). Turunnya para malaikat pada malam itu membawa keberkahan dan rahmat tersendiri. Hal ini disampaikan oleh Ibn Katsīr dalam tafsirnya saat menjelaskan surat al-Qadr [97]: 4.
Selain itu, kehadiran para malaikat ini juga dalam rangka meng-amin-i doa yang dipanjatkan pada malam itu. Jika doa yang dipanjatkan oleh hamba Allah yang sangat sedikit sekali kesalahannya, kemungkinan terkabulnya doa tersebut sangat besar sekali.
Menurut QS. al-Tahrīm: 6, malaikat adalah hamba Allah yang tidak memiliki dosa secuilpun. Mereka tidak pernah membangkang dan senantiasa menjalankan apapun yang diperintahkan. Kira-kira bagaimana jika yang meng-aamiin-kan doa tadi adalah para malaikat yang tidak memiliki dosa?
***
Demikianlah kedamaian lailatul qadar yang Allah janjikan melalui Al-Qur’an. Adapun kedamaian yang dijanjikan nabi melalui sabdanya, paling tidak ada dua hal, diampuni dosa-dosanya dan keistimewaan malam mulia ini hanya diperuntukkan bagi umatnya saja.
Dalam Sahīh Bukhārī, sahabat Abu Hurairah meceritakan bahwasanya Nabi bersabda “orang yang menghidupkan lailatul qadar karena keimanan dan mengharap pahala, dosa-dosanya yang telah lampau diampuni Allah”.
Kemudian hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Malik. Dalam hadis, bahwasanya “Nabi diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya – yang relatif panjang – sesuai dengan kehendak Allah. Sampai (akhirnya tiba) pada usia umatnya yang semakin pendek. Amal kebaikan yang mereka kerjakan tidak bisa mencapai amal umat terdahulu sebab keterbatasan usia.
Lantas Allah memberi nabi lailatul qadar yang lebih baik daripada seribu bulan”. Berpegang pada hadis ini, jumhur ulama berpendapat bahwa keistimewaan lailatul qadar ini hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad. Yang tujuannya adalah untuk mengejar ketertinggalan mereka atas umat terdahulu dalam mempersiapkan bekal kehidupan akhirat. wallāhu a’lam
sumber : rahma.id