loading…
Di antara nama-nama tersebut adalah Rufaidah binti Sa’ad Bani Aslam al-Khazraj atau dikenal sebagai Rufaidah al-Aslamiyah. Dialah inspirator ilmu keperawatan dan kesehatan masyarakat. Peran shahabiyah ini, bisa menjadi teladan, terutama di kalangan tenaga medis saat ini yang terus berjuang dan menjadi garda terdepan dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang masih belum mereda.
Dengan berbagai macam tipe pasien dan jumlah yang sangat banyak, tentunya hal itu memerlukan ekstra kesabaran dan sekaligus stamina fisik dan mental yang kuat. Melihat kondisi ini, tidak ada salahnya kita belajar dari keteladanan Rufaidah. (Baca juga : Pelarangan dan Keharaman Puasa di Hari Tasyrik )
Kisah Rufaidahcukup menonjol ketika perang di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Saat perang, sudah pasti akan banyak korban berjatuhan yang tentu memerlukan perawatan. Rufaidah terlahir dari klan Bani Sa’d, dan berasal dari keluarga kaya, memiliki hobi menulis dan membaca. Sosoknya termasuk di antara orang-orang yang pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar di Madinah.
Kemahiran merawat dan mengobati orang didapatinya dari ayahnya yang juga seorang dokter, Sa’d al-Aslamiy. Ia mampu mengoordinir para muslimah untuk bisa membantunya menjadi perawat yang baik. Mereka dilatih untuk berhadapan dengan kondisi pasien dalam kondisi yang paling buruk sekalipun.
Kemahiran Rufaidah terlihat menonjol pada saat peperangan Badar, Uhud, dan Khandaq serta Khaibar. Para sahabat yang terluka mendapatkan perawatan yang cukup memadai dan baik. Ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk menggalang para muslimah agar bisa berada di barisan belakang untuk mengantisipasi para sahabat yang terluka dan memerlukan bantuan medis . Seusai perang pun beliau mendirikan tenda di sekitar Masjid Nabawi untuk menangani para korban perang yang memerlukan perawatan lanjutan dan intensif.
Menurut buku ‘150 Perempuan Sholikah’, Aisyah bercerita, ketika Saad bin Muadz terkena panah saat Perang Khandaq, Rasulullah pun meminta Rufaidah untuk mendirikan tenda di dekat masjid.
Imam Ibnu Hajar dalam kitab ‘al-Ishabatu fi Tamyizi’ juga menceritakan, ketika Rufaidah melihat panah yang tertancap pada dada Saad. Rufaidah tidak langsung menarik panah tersebut, ia menghentikan pendarahan terlebih dahulu. Karena apabila dicabut, maka darah yang keluar tak bisa dihentikan dan dapat mengancam nyawa. Kemampuan Rufaidah sebagai seorang perawat tak perlu diragukan lagi. Ia merupakan perawat terkenal di zaman nabi. Rufaidah mendapat kehormatan dan penghargaan yaitu berupa pemberian kalung dari Rasulullah. (Baca juga : Hari Tasyrik, Harinya Menyantap Makanan dan Berzikir )
Pengalamannya sebagai perawat ia jadikan bekal untuk melatih dan mengajarkan beberapa perempuan lain untuk menjadi perawat. Ide briliannya yang direkam sejarah adalah tentang pembagian shift para perawat untuk menangani pasien. Ide inilah yang saat ini berlaku di berbagai rumah sakit, yaitu adanya shifting .