Mengenal Helvy dan Karyanya
Helvy Tiana Rosa dilahirkan di Medan, 2 April 1970 dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri Susianti. Ia meyelesaikan S1 di Fakultas Sastra UI Jurusan Sastra Arab, S2 Jurusan Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Budaya UI, dan Doktor di bidang Pendidikan Bahasa di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Salah satu ciri karya Helvy adalah adanya nuansa Islam yang melekat. Kelihaiannya dalam memberikan nuansa Islami pada karyanya membuat banyak orang menyukainya. Sehingga, di samping ia bercerita lewat karyanya, juga berdakwah tanpa terkesan menggurui. Ia adalah mujahidah dalam dunia sastra. Tak heran banyak orang tertarik karena setelah membaca karyanya di samping terhibur, juga dapat mengambil hikmahnya.
Beberapa karya Helvy yakni Puisi-puisi yang Melepuh di Mataku (Kumpulan Puisi, Bitread Publishing, 2019); 212 Cinta Menggerakkan Segala (Novel, bersama Benny Arnas, Penerbit Republika, 2018); Land of Women (Tanah Perempuan, drama dalam dua Bahasa, Bitread Publishing, 2017); Duka Sedalam Cinta (Kumpulan Puisi, ANPH, 2017).
Kemudian, ada Menulis Bisa Bikin Kaya (MVP, 2006); Risalah Cinta (LPPH, 2005); Matahari Tak Pernah Sendiri (LPPH, 2004); Leksikon Sastra Jakarta (DKJ dan Penerbit Bentang Budaya, 2003); Dolls and The Man of Mist (Kumpulan Cerpen Dwi Bahasa, Syaamil, 2002); Wanita yang Mengalahkan Setan (Kritik Sastra, Tamboer Press, 2002); dan Sajadah Cinta (Antologi Puisi Bersama, Syaamil, 2002).
Selanjutnya ada 700 Batang Cahaya (Antologi Cerpen Bersama, Indiva, 2015); Juragan Haji (Kumpulan Cerpen, Gramedia Pustaka Utama, 2014); Mata Ketiga Cinta (ANPH, 2012); Titian Pelangi (Kumpulan Cerpen, Mizan, 2000); Akira no Seisen atau Akira: Muslim wa Tashiwa (Novel, Syaamil 2000); Ketika Mas Gagah Pergi (Kumpulan Cerpen, Pustaka Annida, 1999, Syaamil); dan masih banyak lagi karya-karyanya dengan perolehan penghargaan lebih dari 40. Yang teranyar The World’s Most 500 Influential Muslims, Royal Islamic Strategic Studies Centre, Jordan (2020). Beberapa karyanya juga telah difilmkan. Seperti “Duka Sedalam Cinta”, sebagai produser (2017) dan “Ketika Mas Gagah Pergi”, sebagai produser (2016).
Kemahiran Menulis Helvy
Satu hal yang istimewa lagi dari sosok Helvy Tiana Rosa adalah keahlianya dalam menulis tidak buat diri sendiri. Melainkan ia salurkan kepada orang lain. Hal ini terbukti pada tahun 1997; Helvy mendirikan Forum Lingkar Pena (FLP) yang merupakan suatu gerakan fenomenal di bidang penulisan bagi kalangan muda yang ada lebih dari 125 kota di Indonesia dan mancanegara.
Ia terpilih sebagai Ketua Umum FLP (1997-2005). Helvy Tiana Rosa secara rutin diundang memberikan ceramah dan pelatihan penulisan karya sastra keliling Indonesia dan luar negeri. Di antaranya di Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand, Hongkong, Jepang, Mesir, hingga Amerika Serikat.
Seperti halnya yang pernah dikatakan Helvy bahwa diharapkan budaya menulis harus dilakukan oleh setiap orang apapun profesinya. Artinya, semua orang bisa jadi penulis asalkan ada niat dan usaha ke arah sana.
Seperti halnya Helvy, kegemaran membaca dan menulis telah digeluti sejak kecil. Ia sering mencorat-coret di buku untuk menulis catatan harian. Kemudian, ia sering mengikuti event–event yang berhubungan dengan menulis.
Di sela-sela kesibukan Helvy Tiana Rosa menulis karya sastra, ia juga pernah aktif bekerja sebagai redaktur dan Pemimpin Redaksi Majalah Annida (1991-2001). Sebuah majalah bernuansa Islami yang ditujukan untuk remaja.
Sisi Lain Helvy
Di samping menulis puisi dan cerpen serta sebagai redaktur, ia pernah juga menulis 12 naskah drama, di antaranya Jiroris (2012) dan menyutradai pementasan-pementasan Teater Bening. Teater ini didirikan Helvy ketika dia masih aktif sebagai mahasiswa di FSUI tahun 1990.
Sebagai seorang penulis perempuan, semangat menulis Helvy Tiana Rosa tidak pernah padam. Dia menginginkan agar kegiatan menulis merupakan sebuah kegiatan seperti halnya makan. Karenanya, Helvy ingin agar di seluruh pelosok negeri ini kegiatan menulis menjadi sebuah kegiatan rutin, kebiasaan, bahkan budaya yang harus terus menerus dilakukan.
Dari kesemua kesibukannya, tidak membuat Helvy Tiana Rosa lupa kewajibannya sebagai seorang istri dari Widanardi Satryatomo atau Tomi. Baginya ,dalam kehidupan rumah tangga, ridha suami sangatlah penting. Helvy dapat membagi waktunya baik untuk keluarga maupun untuk karirnya sebagai seorang penulis.
Mungkin itu sekelumit tentang sosok Helvy Tiana Rosa dengan karya-karyanya yang mampu menuangkan nuansa nilai-nilai keislaman dan fenomena sosial dalam karyanya. Tujuan utamanya adalah pembaca dapat mengambil hikmah dan pelajaran.
sumber : rahma.id