rahma.id – Seperti yang kita ketahui, Indonesia saat ini sedang menelan ‘pil pahit” karena wabah Corona Virus-19. Wabah Covid-19 ini membawa dampak yang begitu spektakuler terhadap kehidupan masyarakat. Namun sangat disayangkan, kaum perempuan di Indonesia belum banyak diakomodasikan dalam pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
Stigma yang berasumsi adanya “stereotipe gender” menjadi penghalang perempuan dalam menduduki posisi menjadi seorang leader dan mempunyai kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam bidang kesehatan. Secara tidak disengaja, menunjukkan bahwa sistem kesehatan merupakan sebuah sistem yang patriarki. Di mana representasi perempuan dalam bidang kesehatan masih diasumsikan rendah.
Perempuan : Penonton atau Aktor dalam Bidang kesehatan?
Yaa! Terkadang hidup menjadi perempuan memang banyak tantangan. Ranah opini dan stereotipe dalam masyakarat yang terkadang masih saja ada karena memang warisan turun-temurun. Tak henti-hentinya lontaran pertanyaan, “Kuliah perawat itu lama dan mengorbankan banyak hal, kenapa mau ?. Nanti juga ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga.”
Duh, memang kalau dipikir-pikir sih benar. Tapi, kalau aku bisa mendapatkan keduanya, kenapa harus memilih salah satu. Mau sampai kapan kita hanya duduk terdiam menjadi penonton? Sedangkan dunia sedang membutuhkan kita untuk bersama-sama memutus rantai penyebaran Covid-19. Menjadi tenaga medis perempuan tidak hanya memastikan pasien aman, tetapi juga memiliki peran ganda dalam memastikan anggota keluarga tetap sehat. Lantas, bagaimana ? Kita simak yuk! Kisah inspiratif perawat Islam pertama yang kebetulan seorang perempuan.
‘Rufaidah binti Sa’ad al-Anshari’ dalam Dunia Keperawatan Islam
Namanya memang belum banyak dikenal. Namun siapa sangka bahwa tokoh perawat Islam pertama adalah seorang perempuan. Rufaidah binti Sa’ad al-Anshari atau Rufaidah Al-Asalmiya, merupakan perawat profesional pertama yang hidup pada masa Nabi Muhammad Saw.[1] Rufaidah membantu ayahnya yang merupakan seorang dokter dalam memberikan pelayanan dan pengobatan kepada para mujahid Islam dalam Perang Khandaq, Perang Badar dan Perang Khaibar yang ada di barisan belakang Rasulullah SAW. Dalam sejarah Islam banyak wanita muslim yang menyediakan perbekalan dan perawatan kepada yang terluka di medan perang.
Wanita yang bekerja sama bersama Rufaidah di antaranya ; Ummu Ammara, Aminah, Ummu Aiman, Safiyat, Ummu Sulaiman dan Hindun.[2] Mereka tidak hanya memberikan pelayanan fisik saja, lebih dari itu mereka juga memberikan dukungan sosial. Rufaidah menyiapkan waktu, pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan perawatan kesehatan. Dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventive care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan.
Kesuksesan Rufaidah dalam meletakkan dasar untuk memajukan bidang kesehatan dan keperawatan bisa kita aplikasikan untuk bersama-sama memutus rantai penyebaran Covid-19.
Perempuan Pantas Menyandang Aktor dalam Bidang Kesehatan
Perempuan mempunyai sifat yang sabar dan lembut serta mempunyai welas kasih yang tinggi. Sebagai perempuan muslimah tidak seharusnya kita membatasi mobilitas kita. Tidak menjadi alasan perempuan mempunyai fisik yang lemah lalu tidak mendapatkan posisi yang sama dengan laki-laki. Buktinya banyak perempuan yang berhasil dalam memimpin dan mengambil keputusan dalam bidang kesehatan.
Di tengah ketidakpastian kapan pandemi ini berakhir, perempuan sebenarnya mempunyai peran penting dalam penanggulangan Covid-19 di Indonesia. Peran perempuan menjadi pahlawan garda terdepan bukan semata karena gelar perawat, dokter, ahli gizi ataupun yang lainnya. Bagi mereka yang tidak menyandang status aktor kesehatan pun dianggap menjadi pahlawan garda terdepan. Dengan selalu memastikan tingkat kenyaman, keamanan, dan status kesehatan anggota keluarga masing-masing.
[1] Khasanah,U. (2006). Rufaida Al-Asalmiya : The Floence Nightingale Moslem in Islamic World. Yogyakarta ; PSIK Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Vol 6 NO. 1 : 73
[2] Khasanah,U. (2006). Rufaida Al-Asalmiya : The Floence Nightingale Moslem in Islamic World. Yogyakarta ; PSIK Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Vol 6 NO. 1 : 74