Setiap pasangan pasti menginginkan hubungannya berjalan harmonis sampai terpisahnya ruh dari jasad oleh Allah Swt. Semua muslim pasti mendambakan untuk dapat membangun rumah tangganya menjadi sakinah (tenteram), mawaddah (saling mencintai) dan warahmah (dirahmati).
Adapun sakinah, mawaddah, warahmah berarti hubungan antara suami istri yang saling mencintai, yang tentram dan dirahmati Allah Swt.
Namun untuk meraih semua itu pasti bukanlah hal yang mudah. Faktanya, banyak pasangan yang di tengah jalan melakukan perceraian, hingga terjadi perselingkuhan di antara mereka.
Lebih lanjut, beberapa pasangan tersebut memutuskan untuk bersecerai di saat anak mereka dalam masa pemenuhan kebutuhan psikologisnya; hubungan orang tuanya yang tidak harmonis berdampak pada kejiwaan si anak.
Permasalahan dalam Hubungan itu, Pasti Ada.
Tidak mungkin seseorang yang menjalin hubungan tidak terdapat masalah. Masalah seakan terus ada. Karena, masalah merupakan sebuah langkah awal untuk dapat saling mengerti satu sama lain. Ibarat pelangi yang datang setelah hujan.
Rahmat dalam rumah tangga juga akan datang ketika pasangan tersebut dapat melalui masalah-masalahnya. Sesungguhnya masalah yang datang dari Allah Swt hanyalah berupa ujian bagi pasangan tersebut. Ujian tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar rasa saling mengasihi mereka dalam menjalankan perintah Allah Swt.
Nah, salah satu awal dari permasalahan dalam menjalin hubungan adalah buruknya komunikasi. Komunikasi adalah komponen utama dalam menjalin hubungan.
Seseorang pasti akan memiliki hubungan yang harmonis dengan pasangannya jika memiliki komunikasi yang baik. Selain itu, untuk menyelesaikan suatu permasalahan juga perlu adanya komunikasi yang baik. Tujuannya agar saling mengerti dan memaklumi, dan tercipta suatu penyelesaian dari permasalahan tersebut.
Anjuran Berkomunikasi Baik
Rasullah Saw telah mengajarkan umat muslim untuk berkomunikasi yang baik dalam menjalin hubungan. Hal itu tertuang dalam Al-Qur’an, dan telah relevan dengan teori ilmiah yang telah ada.
Salah satunya adalah teori dari Laswell. Ia mengungkapkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menumbulkan efek tertentu. Adapun faktor-faktor yang memengaruhinya adalah who, says what, in what channel, to whom, and with effect.
Di samping itu, dalam Al-Qur’an, QS. Ar-Rahman, Allah telah mengajarkan manusia untuk pandai berbicara atau mencapai sebuah komunikasi yang baik. Untuk itu telah terdapat sebanyak 6 qaulan kepada manusia. Yaitu: qaulan karima, qaulan ma’rufa, qaulan sadida, qaulan baligha, qaulan masyura, dan qaulan layyina.
Relevansi Teori Komunikasi Laswell dengan Al-Qur’an
Keenam qaulan dalam Al-Qur’an tersebut sangat relevan dengan teori Laswell. Adapun penjelasannya sebagi berikut;
1. Who dalam qaulan sadida
Who merupakan faktor dari komuikator dalam melakukan komunikasi. Komunikator dalam hal ini wajib untuk mengetahui dan memahami pesan yang akan disampaikan, sehingga tidak terjadi bias.
Dalam Islam, untuk menjalin komunikasi yang baik, seorang yang akan menyampaikan pesan juga harus menyampaikannya dengan jelas, tidak meninggalkan keraguan, menyakinkan pendengar, dan tidak mengada-ada atau jujur.
Tentunya dalam berhubungan, sesorang terhadap pasanganya harus jujur satu sama lain. Kemudian, tidak menutup-nutupi suatu hal yang mengundang kecurigaan satu sama lain. Jika ada perlakuan yang tidak pas di antara pasangan hendaknya disampaikan dengan jujur sehingga masing-masing dapat mengoreksi diri sendiri.
2. Says what dalam qaulan maysura dan karima
Says what merupakan sebuah pesan yang akan disampaikan oleh komunikator. Lebih lanjut, Laswell mengungkapkan bahwa komunikator harus bisa menyampikanya dengan mudah dipahami. Hal itu memiliki arti yang sama dengan qaulan maysura; yang artinya mudah.
Menurut Ibnu Katsir dalam konteks QS. Al-isra (17); 28 mengatakan bahwa qaulan maysura merupakan perkataan yang pantas dan ucapan janji yang meyenangkan. Sedangkan qaulan karima bermakana mulia, Al-Qur’an menunut kita untuk berbicara dengan bahasa yang mulia sebagai bukti untuk menghormati orang yang sedang kita ajak berbicara.
Hal ini dapat diterapkan dalam berkomunikasi dengan pasangan yaitu berbicara dengan bahasa yang mudah dipahami, terus terang dan sopan. Bahasa yang mudah dipahami dan terus terang tidak akan menimbulkan banyak pertanyaan bagi pasangan; apalagi kita selalu menggunakan kalimat yang memuliakan pasangan.
Pasti pasangan akan sangat merasa dihargai jika kita selalu menuturkan kalimat-kalimat yang baik dan sopan kepada pasangan kita sehingga nantinya kan tercipta hubungan yang saling menghargai satu sama lain.
3. In wich channel dalam qaulan layina
Laswell mengungkapkan bahwa diperlukannya media dalam menyampaikan sebuah pesan. Media dapat berupa suara, tulisan, gambar melalui berbagai perantara. Sedanglan qaulan layina bermakna melakukan percakapan dengan lemah-lembut, suara yang enak didengar, dan penuh keramahan.
Hal ini membuktikan dalam melakukan komunikasi menggunakan media suara kita harus menyetel volume suara kita sesuai dengan situasi dan kondisi. Selain itu usahakan dengan menggunakan nada yang pas dan tidak terkesan membentak pasangan kita.
4. To whom dalam qaulan baligha
Adalah penerima pesan, laswell menganggap bahwa komunikasi berhasil jika pesan dapat diterima dengan baik oleh penerima. Juga, hal ini bermaksud sama dengan qaulan baligha yaitu untuk menyesuaikan dengan siapa yang kita aja bicara.
Kita harus memperhatikan bagimana sifat pasangan kita dalam berbicara. Seandainya pasangan kita tipikal orang yang mudah teringgung, tentunya kita harus berhati-hati dalam berbicara sehingga pasangan kita tidak akan marah mendengar perkataan kita.
5. With what effect dalam qaulan ma’rufa
Yang trakhir menurut Laswell yang harus diperhatikan adalah efek dari komunikasi tersebut. Sehingga, dapat diartikan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Qaulan ma’rufa senidiri bermaksud dalam berbicara untuk memerhatika lawan bicara; sehingga apa yang kita ucapakan tidak akan menyakiti hati lawan bicara kita. Ini bertujuan supaya lawan bicara kita dapat menerima pesan kita dengan baik.
Seandainya perkataan kita terkesan kasar dan menyakiti hati pasangan; pasti pasangan kita akan sulit untuk menerima apa yang kita katakan. Bahkan sekedar mendengarkan saja enggan.
Oleh karena itu, mulai sekarang segera perbaiki komunikasimu dengan pasanganmu!
Allah Swt sebenarnya telah mengajarkan semua hal melalui Al-Qur’an; tergantung kita mau mempelajarinya atau tidak. Dengan komunikasi yang baik berdasarkan perintah Allah Swt, semoga impian untuk membangun sebuah keluarga yang tentram berlandaskan rasa cinta dan saling melindungi satu sama lain untuk menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai seorang muslim yang dapat terwujud.
Alangkah indahnya jika kita tergolong sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai karena Allah sepanjang masa; sampai ruh pergi meninggalkan jasadnya.
Dibaca:
39